Launching Buku Agus: “Tuhan kita Kok Sensi ya?”

Ruang Anggrek lantai 2 gedung Istora Senayan Jakarta pada Jum’at (16/3/2012) siang bersiap menggelar acara launching buku “Yang Gak Dosa Dilarang Baca”. Salah satu dari sekian puluh agenda acara dalam gelar Islamic Book Fair (IBF) 2012. Selesai sholat jum’at, pengunjung yang telah menjadwalkan waktunya untuk launching buku itu terlihat mulai mengisi ruangan.

Sebagai penulis, Agus Idwar hadir langsung untuk mengenalkan pesan dan misinya dalam buku setebal 160 halaman itu, sesuatu yang tentunya sangat diharapkan untuk mengobati rasa penasaran pengunjung terhadap judul buku yang terbilang ‘nakal’ itu.

Dipandu langsung oleh Syuhelmaidi Syukur, acara berlangsung santai, ditambah lagi kepiawaian sang penulis dalam presentasinya. Agus begitu komunikatif dengan audience, banyak kejutan dari presentasi singkat itu.

Pengunjung terdiam saat Agus dengan tegas berkata “Tuhan bukan hanya milik orang Sholeh”, pun ketika ia bertanya “Bolehkah seorang pelacur Sholat?”. Namun gelak tawa pengunjung seketika pecah saat Agus mengeluarkan celetuk “Tuhan kita kok terkesan sensi ya!, apa-apa marah, murka.”

Buku “Yang Gak Dosa Dilarang Baca” merupakan serial manajemen dosa buah pemikiran Agus Idwar yang melihat realitas kecenderungan manusia untuk berbuat dosa dan kemurahan Tuhan untuk memaafkan. Agus mempercayakan Aksi Cepat Tanggap (ACT), sebuah lembaga philanthropy atau penggalangan dana bantuan kemanusiaan untuk membidani lahirnya buku perdananya.

 “Agus setidaknya membawa perspektif baru dalam memandang dosa, dan hal-hal yang dianggap tabu dalam masyarakat, menunjukkan bahwa pendosa separah apapun masih memiliki kesempatan untuk kembali,” ujar Nurcahyo Adikusumo

Nurcahyo hadir sebagai narasumber yang membahas buku itu dari perspektif Psikolog, pria yang akrab dikenal sebagai motivator dalam beberapa acara di televisi ini menyambut baik kehadiran buku tersebut.

“Bukan hak manusia untuk melabeli seseorang masuk neraka atau surga, olehnya semua punya kesempatan yang sama untuk dekat dengan Tuhannya, sungguh perspektif menyegarkan dari mas Agus bagi kita semua yang pernah jadi pendosa,” lanjut Pakar Intuisi ini

Presentasi berjalan lebih dinamis saat Syuhelmaidi Syukur, pemandu acara, membuka sesi tanya jawab. Mulai dari tidak rasionalnya pengampunan hingga kalkulasi perimbangan dosa dan pahala. Agus dan Nurcahyo berbagi peran untuk memuaskan rasa penasaran pengunjung.

“Mas Agus telah menunjukkan komitmennya untuk memberikan yang terbaik dari dirinya bagi pembaca. Saya ingin menyatakan bahwa harta terbesar adalah apa yang kita bagikan, bukan apa yang kita simpan.” Nurcahyo menutup paparannya. (Ojan)

Leave a comment